Trending Topic

Minggu, 05 Februari 2012

Laporan Praktikum Organisme Penganggu Tanaman


LAPORAN PRAKTIKUM
ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (PNU 212)


ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN ANALISIS VEGETASI GULMA


 










Nama               : Dewi Ayu Imaningtyas
NIM                : A1C010053
Kelompok       : E1
Asisten            : Wahyu




KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2011

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pada umumnya dipandang dari manfaat yang didapat, tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu, tanaman yaitu tumbuhan yang menguntungkan dan dibudidayakan dan tumbuhan yang merugikan. Tumbuhan yang menguntungkan disebut tanaman yaitu tumbuhan yang dibudidayakan oleh manusia atau sengaja untuk ditanam karena mempunyai nilai ekonomis yang menjanjikan. Sedangkan tumbuhan yang merugikan adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya. Dalam kegiatan budidaya atau dalam ilmu pertanian, tumbuhan tersebut sering disebut dengan gulma (weed). Pengertian gulma yang lain adalah tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya secara pasti sehingga kebanyakan orang juga menganggap bahwa gulma mempunyai nilai negatif yang lebih besar daripada nilai ekonomisnya. Sehingga gulma tersebut harus dimusnahkan dari, agar tidak menimbulkan kerugian ± kerugian yang lainnya, yang nantinya dapat mengganggu kegiatan pertanian. Baik secara teknis, produksi, maupun secara ekonomis.
            Menurut wikipedia, (Wikipedia, 2010) gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis.Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi.Pl astis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhandikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma. Kehadiran gulma sendiri secara langsung dapat mempengaruhi produksi tanaman, baik secara kualitas maupun kuantitas, kemudian juga dapat menghambat praktek budidaya pertanian. seperti dengan adanya gulma kualitas akan menurun, karena biji gulma tersebut tercampur pada saat pengolahan tanah. kemudian kuantitas juga akan menurun, karena terjadi kompetisi dalam sarana tumbuh ( hara, air, udara, cahaya, ruang gerak ) dalam jumlah terbatas, tergantung dari varietas, kesuburan, jenis, kerapatan, dan lamanya tumbuh. Hal inilah yang kemudian menimbulkan gagasan petani untuk mengendalikan gulma. Dengan tujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan produktifitas tanaman. Kerusakan tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma pada umumnya memiliki korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri.
            Dalam hal ini faktor yang paling nampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak dan nutrisi antara tanaman dan gulma. Untuk itu pengendalian gulma penting dilakukan dalam penyelamatan produksi tanaman. Sebab, sebagian besar gulma mampu berkembang dengan cepat dan mendominasi lahan. Apabila penguasaan sarana tumbuh dimenangkan oleh gulma, maka pada umumnya tanaman akan mengalami gangguan fisiologis yang berakibat pada penurunan produksi atau bahkan kematian tanaman itu sendiri. Kematian tersebuat selain karena kesulitan mendapatkan nutrisi, ada jenis gulma tertentu yang mampu mengeluarkan enzim akar yang mampu merusak atau meracuni tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan gulma akan menentukan apakah gulma tersebut merupakan gulma penting atau bukan. Kerusakan tersebut umumnya memiliki hubungan dengan ambang ekonomi pertanian yang dapat berbeda pada setiap tanaman berdasarkan nilai ekonominya.


B. Tujuan
            Untuk mengetahui spesies gulma yang tumbuh menggangu dan bersaing dengan tanaman budidaya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Ilmu gulma merupakan hal yang vital bagi pertanian. Karena dengan makin lama makin berkembang cara pengendalian gulma itu sendiri yang semula hanya mempergunakan tangan atau alat sederhana kemudian berkembang menjadi adanya penggunaan herbisida. Dan kemudian pula dikembangkan dengan mengunakan jazad lain untuk mengendalikannya atau yang disebut dengan pengendalian hayati. (Moenandir,1988)
            Gulma dari golongan monokotil pada umumnya disebut juga dengan istiah gulma berdaun sempit atau jenis gulma rumput – rumputan. Sedangkan gulma dari golongan dikotil disebut dengan istiah gulma berdaun lebar. Ada pula jenis gulma lain yang berasal dari gologan teki – tekian (atau golongan sedges). (Moenandir,1988)
            Pengistilahan adalah penting untuk diketahui dengan seksama. Pengenalan istilah dalam ilmu gulma disamping merupakan hal penting juga akan menemui hal – hal yang tidak terlalu umum sebab masing – masing mempunyai pengistilahan teknis.Gulma perlu kiranya untuk diberi istilah ataupun setidaknya uraian yang memperjelas tentang tumbuhan tersebut. Nama umum atau nama daerah suatu jenis gulma akan menyulitkan para pemakai istilah itu bila bukan berasal dari nama daerah dengan bahasa yang dikenalnya. (Moenandir, 1993)
            Beberapa factor yang menyebabkan timbulnya kerugian akibat persaingan. Diantaranya: pertumbuhan tanaman menjadi terhambat sehingga waktu mulai berproduksi lebih lama ( fase immature tanaman lebih panjang ), penurunan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman, produktivitas kerja terganggu, gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit bagi tanaman budidaya, biaya pengendalian gulma yang sanga mahal (barus emanuel. 2003).
            Gulma dikenal karena adanya oerlakuan manusia pada sebidang tanah untuk ditanami dengan tanaman yang dapat karena kebutuhannya. Berarti manusialah yang karena kebutuhannya secara subjektif membedakan tanaman menjadi gulma dan bukan gulma. Tanaman bukan gulma dapat termasuk petanaman yang dibudidayakan, tanaman rudde, dan tanaman liar. Gulma terhadap pertanaman merupakan tanmaan pesaing. (Moenandir, 1988)
            Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang. (Jumin Hasan Basri, 1978)
Dalam mengidentifikasi gulma dapat ditempuh satu atau kombinasi dari sebagian atau seluruh cara-cara ini: 1) Membandingkan gulma tersebut dengan material yang telah diidentifikasi di herbarium. 2) Konsultasi langsung, dengan para ahli di bidang yang bersangkutan. 3) Mencari sendiri melalui kunci identifikasi. 4) Membandingkannya dengan determinasi yang ada. 5) Membandingkannya dengan ilustrasi yang tersedia (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).
Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sukman, 1991).
Dalam prakteknya terutama untuk kepentingan pegolajan vegetasi maka klasifikasi botaninnya bisa digunakan, Menurut klasifikasi gulma dibedakan menjadi rumput ,teki  dan daun lebar. Bedasarkan benruk masa pertumbuhan terdiri atas: gulma berkayu, gulma air, gulma perambat termasuk epiphytes dan parasit. (sukman, 1991 )



























BAB III
                                                      METODE
A. Bahan dan Alat
·         Identifikasi Vegetasi gulma
v  Bahan
           Bahan sekaligus media yang digunakan dalam praktikum ini ada dua macam yaitu lahan bekas tanaman sawah
v  Alat
           Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya yaitu :
a.       Alat sguare method ukuran 50 cm x 50 cm
b.      Buku deskripsi gulma atau herbarium
c.       Kantong plastik
d.      Alat tulis
e.       Kertas Koran
f.       Steples

·         Analisis Vegetaasi Gulma
v  Bahan
           Bahan sekaligus media yang digunakan dalam praktikum ini ada dua macam yaitu lahan bekas ttanaman sawah
v Alat
           Alat yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya yaitu :
g.      Alat sguare method ukuran 50 cm x 50 cm
h.      Buku deskripsi gulma atau herbarium
i.        Kantong plastik
j.        Alat tulis
k.      Kertas Koran
l.        Steples
m.    Timbangan
n.      Oven

B. Prosedur Kerja
1. Sebelum pemakaian Herbesida
·         Identifikasi Vegetasi Gulma
1.      Dibuat petak contoh dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan square method pada lahan kering maupun basah.
2.      Diambil semua jenis gulma yang tumbuh pada petak tersebut dan dimasukkan dalam kantong plastik.
3.      Diidentifikasi jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi gulma berdasarkan ciri morfologinya yang sebelumnya telah dicuci bersih.
4.      Ditulis nama spesies dan jumlah dari masing-masing gulma yang diidentifikasi dan dimasukkan dalam kantong kertas.

·         Analisis Vegetasi Gulma
1.      Setelah diidentifikasi, gulma yang ada dalam kantong kertas dikeringkan dan dimasukkan dalam oven pada suhu 700 C sampai kering konstan.
2.      Pengovenan dilakukan selama dua hari.
3.      Ditimbang masing-masing jenis gulma yang telah dikeringkan.
4.      Dihitung kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing jenis gulma.
2. Sesudah Pemakaian Herbisida
·         Identifikasi Vegetasi Gulma
5.      Dibuat petak contoh dengan ukuran 50 cm x 50 cm dengan square method pada lahan kering maupun basah.
6.      Diambil semua jenis gulma yang tumbuh pada petak tersebut dan dimasukkan dalam kantong plastik.
7.      Diidentifikasi jenis gulma yang ada dengan menggunakan buku deskripsi gulma berdasarkan ciri morfologinya yang sebelumnya telah dicuci bersih.
8.      Ditulis nama spesies dan jumlah dari masing-masing gulma yang diidentifikasi dan dimasukkan dalam kantong kertas.

·         Analisis Vegetasi Gulma
5.      Setelah diidentifikasi, gulma yang ada dalam kantong kertas dikeringkan dan dimasukkan dalam oven pada suhu 700 C sampai kering konstan.
6.      Pengovenan dilakukan selama dua hari.
7.      Ditimbang masing-masing jenis gulma yang telah dikeringkan.
8.      Dihitung kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing jenis gulma.













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Sebelum Pemakaian Herbisida
No
Nama Gulma
Petak  Sampel
KM
KR  (%)
FM
FR (%)
DM
DR (%)
NJD
1
2
3
1
Ageratum conyzoides
3
4
16
23
31,51%
3/3
25%
9,6gr
36,92%
31,143%
2
Hydrolea spinosa
2
-
-
2
2,74%
1/3
8,33%
0,4gr
1,54%
4,203%
3
Cleome viscosa L.
11
6
5
22
30,14%
3/3
25%
6,8gr
26,15%
27,097%
4
Eleusine Indica
1
-
2
3
4,1%
2/3
16,7%
2 gr
7,7%
9,5%
5
Cynodon dactilon
18
-
-
18
24,66%
1/3
8,33%
5,5gr
21,1%
18,03%
6
Cyperus Rotundus
-
-
2
2
2,47%
1/3
8,33%
0,9gr
3,49%
4,843%
7
Isachne globasa
-
-
3
3
4,11%
1/3
8,33%
0,8 gr
3,08%
5,173%
Jumlah
73
100%
12/3
100%
26gr
100%
100%







2. Setelah Pemakaian Herbisida
No
Nama Gulma
Petak  Sampel
KM
KR  (%)
FM
FR (%)
DM
DR (%)
NJD
1
2
3
1
Ageratum conyzoides
1
-
-
1
2,6%
1/3
11,11%
0,2gr
11,11%
8,237%
2
Eleusine Indica
4
3
2
9
23,7%
3/3
33,33%
0,5gr
27,78%
28,27%
3
Cyperus Rotundus
6
-
-
6
15,79%
1/3
11,11%
0,2gr
11,11%
12,67%
4
Cleome viscosa L
14
1
3
18
47,37%
3/3
33,33%
0,7gr
38,89%
39.863%
5
Isachne globasa
-
-
4
4
10,53%
1/3
11,11%
O,2 gr
11,11%
10,92%
Jumlah
38
100%
9/3
100%
1,8gr
100%














B. Pembahasan

Ageratum conyzoides L.
Klasifikasi
Kingdom       : Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi   : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi             : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas              : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas      : Asteridae
Ordo              : Asterales
Famili             : Asteraceae
Genus                        : 
Ageratum
Spesies           : Ageratum conyzoides L

Morfologi
Herba, 1 tahun, tinggi 10-120 cm. Tegak atau terbaring. Tunggal, bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi beringgit, panjang 3-4 cm, lebar 1-2,5 cm, pertulangan menyirip, tangkai pendek, hijau. Majemuk, di ketiak daun, bongkol menyatu menjadi karangan, bentuk malai rata, panjang 6-8 mm, tangkai berambut, ke'opak berbulu, hijau, mahkola bentuk lonceng, putih atau ungu. Padi, bulat panjang, bersegi lima, gundul atau berambut jarang, hitam. Kecil, hitam. Tunggang, putih kotor. Daun Ageratum conyzoides berkhasiat sebagai obat luka baru dan obat wasir, Untuk obat luka baru dipakai + 5 gram daun segar Ageratum conyzoides,dicuci dan ditumbuk sampai lumat, ditempelkan pada luka dan dibalut.Kandungan kimia Daun dan bunga Ageratum conyzoides mengandung saponin, flavonoida dan polifenol, di samping itu daunnya juga mengandung minyak atsiri.
Ekologi
Bandotan (Ageratum conyzoides) adalah sejenis gulma pertanian anggota suku Asteraceae. Terna semusim ini berasal dari Amerika tropis, khususnyaBrazil, akan tetapi telah lama masuk dan meliar di wilayah Nusantara. Disebut juga sebagai babandotan atau babadotan (Sd.); wedusan (Jw.); dus-bedusan (Md.); serta Billygoat-weed, Goatweed, Chick weed, atau Whiteweed dalam bahasa Inggris, tumbuhan ini mendapatkan namanya karena bau yang dikeluarkannya menyerupai bau kambing.
Eleusine indica




                                                                          
Klasifikasi
Kingdom                  : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom             : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi             : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                        : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                        : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas                 : Commelinidae
Ordo                         : Poales
Famili                       : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus                       : Eleusine
Spesies                     : Eleusine indica (L.) Gaertn
Herba, dengan perakaran yang kuat, berumpun dengan jumlah sedikit buluh sering bercabang pada bagian pangkalnya, tinggi tiap buluh bias mencapai 50 cm, tiap buku terdapat 3-5 daun yang saling menutupi, dari ketiak daun tumbuh tunas baru. Pelepah berwarna hijau muda, berbulu halus penjang. Perbungaan : tegak berdiri di atas 4-6 bulir terpusat diujung, 1 atau 2 bulir yang dibawah berseling, panjang bulir 3-5 cm, buliran rata dan licin 4-12 bunga.
·         Habitat                        : tumbuh di daerah pantai sampai ketinggian 1.600 m dpl.
·         Penggunaan     : Daun digunakan sebagai obat bisul dan penyubur rambut.
Identifikasi :
1. Ciri – ciri yang khas :
·         Karangan bunga berbentuk kicir air
2. Reproduksi dan penyebarluasan :
·         E. Indica berkembang biak melalui biji. Tiap tanaman dapat menghasilkan sebanyak 50.000 butir biji.
Ekologi :
·         Di daerah tropik pada musim kemarau atau bila tanah tidak lembab E. Indica tumbuhannya kurang baik.
·         E. Indica, di daerah tropik, memerlukan waktu 5 minggu untuk menjalani daur reprodusi yang sempurna.











Cyperus rotundus




 Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas        : Commelinidae
Ordo                : Cyperales
Famili              : Cyperaceae 
Genus              : Cyperus
Spesies            : Cyperus rotundus
Identifikasi :  
1. Ciri – ciri yang khas :
·         Karangan bunga bewarna merah atau coklat keunguan – keunguan
·         Batang dan umbi bawah tanah
·         3 baris daun dekat pangkal tanaman
2. Reproduksi dan penyebarluasan:
·         Pada waktu – waktu tertentu tumbuhan itu mengalami benih
·         Biasanya tanaman itu berkembang biak melalui batang bawah tanah dan umbi
·         Habitat : lahan, tepi jalan, pinggiran hutan, tebing saluran irigasi, parit.
·         Distribusi C.rotundus terutama dibatasi oleh suhu dingin
·         Gulma tumbuh baik dalam hampir semua jenis tanah, ketinggian, lengas udara, kelembaban tanah, serta keasaman tanah tetapi toleran terhadap suhu tinggi.
Ekologi :
·         C. rotundus paling gawat dilahan kering, yang gulma musiman di kendalikan secara efesien, hingga membiarkan. C. rotundus tidak terawasi
·         Gulma ini sangat bersain dengan padi dalam kelembaban dan hara tanah
·         Umbinya memilikisistem akar yang dalam dan dapat bertahan untuk jangka panjang terhadap musim kering  dan banjir.
Morfologi:
·         Gulma ini termasuk gulma perennial dengan bagian dalam tanah terdiri dari akar dan umbi. Umbi pertama kali dibentuk pada tiga minggu setelah pertumbuhan awal. Umbi tersebut membentuk akar rampng dan umbi lagi, demikian seerusnya ( 1 meter persegisedalam 10 cm = 1600 umbi). Umbi tidak tahan kering, selama 14 hari di bawah sinar matahari, daya buahya akan hilang.
·         Batang berbentuk tumpul atau segitiga. Daum pada pangkal batang terdiri dari 4 – 10 helai, pelepah daun tertutup tanah. Helai daun bergaris dan bewarna hijau tua mengkilat












Hydrolea spinosa
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Bangsa:Solanales
Suku:Hydrophyllaceae
Marga:Hydrolea
Jenis:Hydrolea spinosa
Sinonim:Tidak diketahui
Nama Umum:Tidak diketahui
Nama Daerah:Tidak diketahui
Nama Asing:Tidak diketahui
Kandungan Senyawa:Tidak diketahui
Kegunaan:Tidak diketahui
Referensi:Tidak diketahui








Cleome viscosa L


Kingdom         : Plantae – Plants
Subkingdom    :Tracheobionta – Vascular plants
Superdivision : Spermatophyta – Seed plants
Division           : Magnoliophyta – Flowering plants
Class                : Magnoliopsida – Dicotyledons
Subclass          : Dilleniidae
Order               : Capparales
Family             : Capparaceae – Caper family
Genus              :Cleome L. – spiderflower
Species            : Cleome viscosa L.

Cynodon dactilon

Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Cynodon
Spesies: Cynodon dactylon (L.) Pers.

Cynodon dactylon dapat dideskripsikan: memiliki terna bertahunan yang berstolon,merumput dengan rimpang bawah tanah menembus tanah sampai kedalaman 1m atau lebih bahkan ada literature yang menjelaskan sampai padakedalaman 2 m. Lamina melancip-memita, berlapis lilin putihkeabu-abuan tipis di permukaan bawah, gundul atau berambut padapermukaan atas. Pelepah daun panjang, halus, berambut atau gundul;ligula tampak jelas berupa cincin rambut-rambut putih. Bunga tegak,seperti tandan. Bijinya membulat telur, kuning sampai kemerahan (www.proseanat.org).

Habitatnya Cynodon dactylon adalah tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24 °C. Jenis initoleran terhadap kekeringan. Tumbuh paling baik pada tanahberdrainase baik tetapi toleran terhadap banjir yang berkepanjangan.Toleran terhadap kisaran pH tanah yang luas, tetapi pH optimal adalahdi atas 5.5. Juga toleran terhadap kesuburan tanah yang rendah tetapitidak toleran terhadap naungan.
            Penyebarannya selaindari akar yang dapat membuat rimpang dengan cepat juga melalui buah.Penyebaran buah ini yang dapat meluas.
 Rumput grinting (CynodonDactylon) merupakan tumbuhan yang diduga berasal dari bagian utara dan timurAfrika, Asia, Australia dan Eropa bagian selatan. Di Indonesiadikenal dengan rumput grinting, rumput bermuda, suket grintingan(jawa), kakawatan (sunda). Di India dikenal sebagai dhub, doob, atauharialil, sebutan untuk setiap daerah antara lain durba (Bengali),garikoihallu (Kanarese), durva (Marathi), durva atau haritali(Sanskrit), arugampullu (Tamil), garikagoddi (Telugu) dan dhubkhabbal(Punjabi). Dalam bahasa Inggris dikenal Bermuda Grass, Dubo, Dog'sTooth Grass, Bahama Grass, Devil's Grass, Couch Grass, Indian Doab,Arugampul, Grama, dan Scutch Grass. Istilah Bermuda timbul bukankarena rumput asli Bermuda, akan tetapi daya sebarnya yang tinggisehingga orang-orang di Amerika menyebutnya dengan Bermuda Grass (Wikipedia.org).






Isachne globasa


Nomenklatur:
Keluarga          : Poaceae Barnhart (Gramineae Juss.)
Spesies            :Isachneglobosa(Thunb.)
Sinonim: Isachne australis R. Br. Milium globosum Thunb. Agrostis globosa (Thunb.)
Poir.Eriochloaglobosa(Thunb.Poir.)
Nama umum: rawa millet (Inggris); chigozasa (Jepang); RUMPUT waderan, kasurian waderan, babantalan, beubeuntaran, kakasuran, dan wawaderan (Indonesia);isachne bulat, RUMPUT minyak, dan kasurian (Malaysia)
Bayer
Kode:ICHGL
Description: rumput abadi menyebar dengan batang berdaun panjang perakaran pada node, kadang-kadang berebut untuk lebih dari 1 m, kadang-kadang membentuk tikar atau bantal. Daun 2-3 cm dengan panjang, bulat berbasis rambut di tenggorokan selubung. Ligule deretan rambut putih panjang. Daun lanset-lonjong pisau, 2-11 cm, lebar 3-12 mm, bulat di dasar, akut di ujung, margin sempit pucat, tulang rawan, agak scabrid, hijau menjadi hijau keabu-abuan, dengan berbagai gundul atau teliti scabrid / kasar atau pilose. Saraf utama biasanya terlihat di bawah ini. Bunga majemuk malai terminal piramida, tegak dan kaku, 4-15 cm panjang dengan banyak spikelets pada cabang-cabang kapiler, berombak, gundul tapi dengan kelenjar mencolok. Sumbu utama dan lateral scabrid dengan suberect menit bulu; gagang bunga 0,5 mm apikal menebal untuk setidaknya 3 mm. Spikelets bulat agak miring, muticous, 2,3-3 mm dengan 2-3 kuntum, cahaya untuk kuning-hijau. Glumes selama spikelet itu, gundul. Benang sari 3. Benih datar-cembung, 1-1,5 mm. Luas dan umum di tanah basah di tempat-tempat terbuka, rawa, dan kolam dan di sepanjang saluran air (Kostermans et al., 1987). Grosse et al. (1996) telah mempelajari mekanisme yang I. globosa mampu berkembang di tanah anoxic banjir.
Biologi dan Ekologi: Holm et al. (1979) catatan Isachne globosa sebagai gulma serius di Sri Lanka. Chandrasena (1989) disebut sebagai salah satu dari empat gulma yang paling-sering beras di enam daerah yang tumbuh di Sri Lanka, namun Marambe (1998) mencatat terjadinya yang juga dalam kacang kedelai. Di Indonesia itu adalah gulma dataran rendah-irigasi dan tadah hujan beras, sementara di rawa-rawa ia mungkin membentuk bantal besar, kadang-kadang dominan, mampu menyerang daerah dibudidayakan Leersia hexandra. Kadang-kadang dibudidayakan sebagai rumput hijauan (Kostermans et al, 1987.). Hal ini umum di seluruh Jepang, dari beriklim dingin ke daerah subtropis, terjadi di margin danau, selokan dan sawah (Numata dan Yoshikawa, 1975). Bor (1960) menyatakan bahwa itu adalah cocok untuk sapi, tapi gulma merepotkan dalam beras. Isache globosa tampaknya memiliki potensi untuk menjadi gulma serius beras dan lahan basah di daerah hangat di Amerika Serikat.


Pengendalian gulma
            Pengedalian gulma umum (general weeds Control) adalah pengendalian gulma campuran pada piringan (circle), pasar pikul (path) kelapa sawit, da jalur (strip) tanaman karet. Tindakan ini bertujuan untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama dan gulma serta memudahkan pekejaan panen.
1. Secara mekanis
Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan pengolahan tanah konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah konvensional dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan tanah, menggunakan tenaga ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada pertanaman kedua petani tidak mengolah tanah. Sebagian petani bahkan tidak mengolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma menggunakan herbisida. Pembajakan dan penggaruan dapat secara berangsur dikurangi dan diganti dengan penggunaan herbisida atau pengelolaan mulsa dari sisa tanaman dan gulma dalam sistem pengolahan tanah konservasi. Ketersediaan herbisida juga memungkinkan pemanfaatan lahan marjinal dan lahan miring yang bersifat sangat rapuh terhadap pengolahan tanah konvensional.
2. Secara kimiawi (Herbisida)
Herbisida memiliki efektivitas yang beragam. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena herbisida, dan herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma. Menurut jenis gulma yang dimatikan ada herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan herbisida nonselektif yang mematikan banyak jenis gulma atau spektrum lebar. Herbisida berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan petani, sehingga banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat yang disemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan gulma berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar. Senyawa glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika diaplikasi pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracunan berkembang lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi.
3. Secara Biologi ( terpadu )
Kepedulian terhadap lingkungan melahirkan sistem pengelolaan terpadu gulma yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mempelajari interaksi antara tanaman dan gulma, terutama kemampuan persaingan relatif dari tanaman selama berbagai fase perkembangan gulma. Pengelolaan gulma harus dipadukan dengan aspek budi daya, termasuk pengolahan tanah, pergiliran tanaman, merupakan konsep yang mengutamakan pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan gulma dan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam pengendalian secara terpadu
Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan.  Pada bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman.  Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, Penyinaran matahari serta unsur hara. Penggolongan ini juga berlaku apabila herbisida tertentu diaplikasikan dengan dosis rekomendasi dan dengan cara aplikasi yang standar.
Walaupun dasar penggolongan ini memiliki kelemahan, namun sangat membantu dalam pengambilan keputusan pemilihan herbisida untuk mengendalikan gulma yang ada di lapangan.


Efek Herbisida Pada Tanaman
Gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman (OPT) dalam budidaya tanaman intensif. Seiring dengan majunya teknologi budidaya tanaman, berkembang pula ilmu mengenai gulma dalam rangka untuk mengidentifikasi dan usaha pengendaliannya. Namun ilmu gulma berkembang relatif lebih terlambat dibandingkan dengan ilmu hama dan penyakit tanaman. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua alasan yaitu, pertama’serangan’ gulma terhadap tanaman relatif tidak spektakuler dibandingkan serangan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan gagal panen, sehingga perhatian para ilmuwan dan praktisi lebih tertuju pada masalah hama dan penyakit. Kedua, anggapan bahwa dengan pengolahan tanah dan dengan cara manual telah dapat mengatasi masalah gulma. Mulai pada tahun 1940-an ketika herbisida kimia 2,4-D ditemukan, ilmu gulma berkembang lebih pesat. Klasifikasi gulma diperlukan untuk memudahkan dalam mengidentifikasi gulma. Dasar klasifikasi gulma ditentukan menurut aspek tertentu, maka klasifikasi gulma sangat beragam. Nama-nama daerah untuk setiap jenis gulma juga beragam.
Klasifikasi gulma berdasarkan kesamaan respon gulma terhadap herbisida Klasifikasi berdasarkan aspek ini paling sering digunakan, dikaitkan dengan usaha pengendalian gulma atau dalam petunjuk penggunaan suatu herbisida. Kesamaan respon terhadap herbisida adalah sifat atau gejala umum yang ditunjukkan gulma tersebut apabila terpapar suatu jenis herbisida.
Namun pada kenyataan di lapangan, gulma dari spesies yang sama kadangkala memberikan respon yang berbeda terhadap jenis herbisida tertentu. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti kondisi lingkungan tumbuh yang berbeda (ternaungi atau tidak), fase tumbuh yang tidak sama (baru berkecambah atau sudah dewasa). Penggolongan ini juga berlaku apabila herbisida tertentu diaplikasikan dengan dosis rekomendasi dan dengan cara aplikasi yang standar.
Penerapan herbisida di lapang, banyak menggunakan cara dengan penyemprotan.  Oleh karena itu dibutuhkan alat yang disebut sprayer.  Dalam penggunaan sprayer ini pun tidak mudah, dibutuhkan perhitungan yang tepat antara dosis atau konsentrasi dan kecepatan menyemprot agar efektif dan efisien.
            Herbisida merupakan suatu senyawa kimia yang dapat meracuni gulma. Efek atau pengaruhnya akan cepat terlihat dalam mengendalikan gulma. Tetapi penggunaannya harus disesuaikan dengan ifat dan macam gulma yang dikendalikan. Aplikasi herbisida akan berfungsi degan baik jika tepat sasaran yaitu pada gulma yang dikendalikan. Herbisida meiliki kemampuan untuk meracun tanaman yang berbeda – beda sesuai dengan jenisnya.   
Bedasarkan cara kerja :
1. Herbisida Kontak
          Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan – jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang bewarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan, bewarna hijau,serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas.
          Di dalam jaringan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranlokasikan melalui floem. Karena hanya mematikan gulma yang terkena, pertumbuhan gulma kembali dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi lebih sikat.
          Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yag lebih besar agar bahan aktifnya merata keseluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian yang lebih baik. Dengan demikian, prestasi kerja yang dihasilkan pada penyemprotan lebih kecil dan keutuhan tenaga kerja lebih banyak. Pengunaan CDA sprayer ( mikron herbi ) atau sprayer sistem ULV lainnya tidak direkomendasikan karena larutan herbisida yang kental akan dapat merata keseluruh permukaan gulma sasaran dan dapat menyebabkan iritasi kulit bagi pekerja ( penyemprot )
          Contoh  - contoh jenis herbisida kontak adalah sebagai berikut :
1. Gramoxone
2. Herbatop
3. Paracol
          Perubahan yang terjadi pada pemakaian herbisida kontak adalah Adanya pengurangan gulma yaitu mati.dalam praktikum kali ini kita memakai praktikum herbisida kontak dengan Grmoxone tetapi pada suatu gulma ada yang tidak respon dan ada yang respon pada herbisida kontak Gramoxone ini, tergantung padadosis pemakaian tersebut, kalau dalam dosis waktu menyemprot Gramoxone volume tinggi 2 – 3 hari.
2. Herbisida Sistemik           
            Bahan aktif herbisida sistemik dapat diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian atau jaringan guma, mulai dari daun sampi keperakaran atau sebaliknya. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses kerja bahan aktif herbisida sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fiologis jaringan tersebut.
            Efek kematian terjadi hampir merata keseluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran engan demikian proses petumbuhan embali uga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama ( panjang ). Pengunaan herbisida sistemik secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi.
            Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis aat semprot. Termauk sistem ULV ( mikron herbi), karen penyebaran bahan aktif keseuruh gulma memerlukan sedikit pelarut. Contoh – contoh herbisida sistemik adalah sebagai berikut:  Ally 20 WDG, Banvel, Basmilang, DMA 6, Kleenup, Polaris, Rhodiamine, Roundup, Starane, Sunup, Tordon, Touchdown. Pada praktikum kali ini hebisida sistemik menggunakan Roundop bahan aktif ; Isapropilamina glifosat 486 g/l , Roundop 486 SL dengan teknologi biorsorb adalah herbisid puma tumbuh sistemik berbentuk larutan dalam air bewarna kekuningan , olah tanah, kedelai tanpa olah tanah dan padi gogo tanpa olah tanah serta memacu kemasalahan dan meningkatkan kualitas wira pada tanaman tebu
            Perubahan yang terjadi pada pemakaian herbisida sistematik pada gulma adalah pemakaian herbisida sistemik yang apat mematikan gulma oleh karena itu ada pengurangan jenis gulma yang agak berkurang. Tergantung dari reaksi gulma tersebut dan adanya pemakaian dosis yang pada takaran tertentu tergatunng dari  gulma sasaran , tanamannya, dan pemakaian roundup per liter terhadap lahan luasnya perhektar.
Pengendalian gulma secara konvensional
            yaitu pengendalian gulma dengan cara mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik baik dengan tangan biasa, alat sederhana maupun alat berat.
1. Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan.
2. Bajak tangan. Alat semacam ini dinamakan most satisfactorly meets the     weeds.
3. Pengolahan tanah. Suatu usaha yang cukup praktis pada pengedalian                      gulma annul, biennil, dan pernnil ialah cara pengolahan tanah.
4. Penggenangan. Pelaksanaan penggenangan pada umumnya berhasil                         untuk gulma pernil.
5. Panas. Suhu tinggi dapat menyebabkan panas, titik mati kebanyakan sel                 tanaman karena panas terletak antara 45 derajat-55 derajat celcius.
6. Pembubutan mulsa. Penggunaan mulsa dengan jerami dan lain-lain           
    hanya dipergunakan dalam ukuran kecil saja.

                         Perubahan yang terjadi pada pemakaian pengendalian secara konvesional Adalah adanya pengurangan gulma yang semula banyak akan menjadi sedikit karena adanya penagulanggan secara konvesional tetapi dengan cara ini gulma yang terangkat hasilnya tidak akan maksimal karena dengan peralatan yang seadanya, .
  Efek penendalian yang efektif
            adalah Analisis  vegetasi menggunakan parameter kuantitatif yang terdiri dari kerapatan, frekuensi, dominansi dan koefisien komunitas.
Pada lahan kering, dilakukan perhitungan mengenai (Natawigena, 1995)
1).    Kerapatan mutlak suatu jenis = jumlah individu jenis itu dalam petak contoh: Kerapatannisbi suatu jenis 
=

2).    Dominasi mutlak suatu jenis = jumlah dari nilai kelindungan atau nilai luas basal atau nilai biomassa atau volume dari jenis itu.
Kelindungan dapat dihitung dengan rumus  dibagi dengan luas petak contoh,
yaitu d1 dan d2 adalah diameter proyeksi tajuk suatu jenis =

3).    Frekuensi relatif    =

4).    Perbandingan nilai penting (SDR)
SDR menunjukkan jumlah nilai penting dibagi jumlah besaran SDR, biasanya dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100 % sehingga mudah diinterpretasikan.
SDR suatu jenis   =

Tidak ada komentar:

Posting Komentar