Trending Topic

Minggu, 05 Februari 2012

Laporan Tata Niaga Pertanian


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sifat hasil prtanian yang musiman ataubahkan tahunan akan mempengaruhi pola harga hasil pertanian, sehingga menyebabkan fluktuasi harga antar musim bahkan anat tahun, da berpengaruh pula pada pemasarannya (Suyono dan Dwi Purwastuti). Pada umumnya untuk hasil pertanian yang musiman dan mudah rusak (sayuran dan buah – buahan ) memerlukan penanganan khusus, baik dalam penyimpanan maupun dalam pengangkutannya, salah satunya adalah dengan menggunakan ruangan pendingin. Sementara itu, untuk produk pertanian yang relatif tidak mudah rusak seperti beras, jagung, dan kedelai, maka dalam penyimpanannya membutuhkan sistem peyimpanan yang baik untuk mengurangi resiko kerusakan. (Suyono dan Dwi Purwastuti ).
Produktivitas hasil pertanian selalu mengalami fluktuasi, sedangkan harga hasil pertanian ditingkat prodesen cenderung mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini diduga berkaitan dengan rendahnya produktivitas dari hasil pertanian. Singh dalam Sahara (2001) mengatakan bahwa fluktuasi harga yang tinggi di sektor pertanian merupakan suatu fenomena yang umum akibat ketidakstabilan (inherent instability) pada sisi penawaran.
Hal ini berarti harga hasil pertanian disebabkan oleh sifat alami dari produksi pertanian, yaitu dalam jangka pendek tidak dapat merespon tambahan permintaan atau tidak dapat mengurangi produksi pada saat harga yang rendah. Pengaruh fluktuasi harga pertanian lebih besar bila dibandingkan dengan fluktuasi produksi. Keadaan ini dapat menyebabkan petani menderita kerugian dalam jangka pendek sehingga menimbulkan kurangnya keinginan untuk melakukan investasi di sektor pertanian atau petani akan beralih ke komoditas yang memiliki harga jual yang lebih tinggi.
Selanjutnya banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran hasil pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai tataniaga dan besarnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan mengarah pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Hubungan antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat bergantung pada struktur pasar yang menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila semakin besar margin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran yang tidak efisien (Tomek and Robinson, 1990).
Persoalan mutu dan harga hasil pertanian merupakan bagian dari masalah tataniaga hasil pertanian yang tidak dapat dipisahkan karena mempunyai dampak langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dalam perdagangan hasil pertanian. Selain itu keberadaan lokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar dan jauh dari pusat perekonomian yang mengarah pada terbentuknya rantai tataniaga yang panjang karena adanya peran hierarki dari pedagang perantara yang cenderung menambah kompleksitas upaya perbaikan mutu hasil pertanian.
B.     Tujuan
1.      Untuk mengidentifikasikasi pola kenaikan dan penurunn harga hasil pertanian secara periodik ( bulanan ) untuk beberapa komoditas, ditingkat produsen, grosir, dan pedagang pengecer.
2.      Untuk menidentifikasi biaya tataniaga yang timbul yang dikelurkan oleh setiap lembaga tataniaga dan meghitung marjin tataniaga pada beberapa komoditas pertanian serta menganalisis bagaimana cara meningkatkan harga di tingkat petani.
3.      Untuk mengukur keefisienan dan keefektifan sistem pemasaran di antara dua pasar dalam mekanisme pembentukan harga, sehingga dapat ditunjukan ada atau tidaknya adanya integrasi pasar pada kedua pasar tersebut.






C.     Manfaat
1.      Dapat mengetahui pola kenaikan dan penurunan harga hasil pertanian secara periodik ( bulanan ) untuk beberapa komoditas, ditingkat produsen, grosir, dan pedagang pengecer.
2.      Dapat mengidentifikasi biaya tataniaga yang timbul yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga dan meghitung marjin tataniaga pada beberapa komoditas pertanian serta menganalisis cara meningkatkan harga di tingkat petani.
3.      Dapat mengetahui Efesiensi harga dan menghitung Efesiensi harga.





















BAB II
METODE PRAKTIKUM

A.    Lokasi
Lokasi praktikum pada tataniaga pertanian kebetulan kelompok kami memilih di Desa Karangsari, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas. Pada acara II kelompok kami mengadakan praktikum untuk mewancarai petani di desa Karangsari dan mewawancarai pada 5 petani serta pada ketua Gapoktan desa Karangsari tersebut lalu kami melanjutkan perjalanan pada tengkulak yang bernama pak Gino di desa Karangsari tersebut dan tengkulak pak Dakin tengkulak yang terkenal dengan Jagungnya di Desa Karangsari tersebut tetapi kediaman pak Dikin di Desa Bantarwuni. Setelah itu kami melanjutkan praktikum acara II ke Pasar Wage karena tengkulak mengirimnya  kebetulan ke pasar lokal banyumas yaitu pasar Wage. Setelah itu pada acara III praktikum mengamati harga pasar komoditas tersebut yang behubungan dengan efesiensi harga dan mengunjungi lokasi pasar wage serta mengunjungi kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan ( disperindag ).
B.     Waktu
Pada pertama kali kelompok kami mengunjungi desa Karangsari untuk mengetahui lingkungan sekitar terdapat komoditas apa saja pada hari Kamis 8 Desember 2011  pada pukul : 11. 00 – 14.00 WIB. Pada acara II praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 14 Desember 2011 pada pukul 09.00 – 13.00. Pada acara III kelompok kami melakukan praktikum pada Rabu, 14 Desember 2011 pukul 13.00 – 15.00.
C.     Metode Analisis
1.      Kami menentukan lokasi Desa Karangsari. Kecamatan :  Kembaran, Kabupaten : Banyumas.
2.      Lalu kami menganalisis masalah – masalah tersebut.
3.      Kami mengumpukan data dengan mewawancarai dari berbagai sumber yaitu para petani, kepala desa, narasumber yang di Tangerang Selatan, Ketua GAPOKTAN, tengkulak, pedagang besar,  serta pengecer, serta dari berbagai sumber duniamaya yang berubungan dengan masalah tersebut, serta dari buku.
4.      Kemudian kami mencatat data tersebut dengan metode Statistik untuk data – data komoditas dan serta harga – harga.
5.      Lalu kami menyimpulkannya dan membahasnya.


























BAB III
HASIL PRAKTIKUM

A.    Acara 1. Identifikasi Pola Harga

Harga  sejumlah komoditas pangan seperti cabai, tomat, beras dan kentang memang rentan berubah-rubah, cenderung mengalami kenaikan cukup tajam.Padahal, dari aspek pasokan dan permintaan tidak ada kejadian luar biasa yang memicu kenaikan harga begitu tingginya. Harga cabai yang di kala normal hanya belasan ribu saja perkilo kini naik mendekati angka seratus ribu.Memang, tidak kurang dari FAO (badan dunia yang mengurusi persoalan pangan) sendiri menyebutkan bahwa kenaikan harga pangan di berbagai belahan dunia tahun ini adalah yang tertinggi sejak tahun 1990 dan dilansir Metro TV beberapa waktu lalu. Sehingga kenaikan harga pangan tidak hanya melanda Indonesia tetapi merebak ke berbagai negara lainnya, termasuk negara maju. Hanya saja di Indonesia instabilitas harga pangan cukup tinggi, sangat fluktuatif bahkan kenaikannya bisa melebihi 400% seperti yang terjadi pada harga cabai baru-baru ini dan hingga kini.Fenomena harga pangan di Indonesia paling dipengaruhi tiga penyebab signifikan yang membuat harga pangan naik tajam :
1.      Pertama, faktor cuaca atau iklim. Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab terganggunya proses produksi. Harga pangan sangat kuat dipengaruhi faktor cuaca. Anomali cuaca terjadi tidak hanya di Indonesia tetapi hampir di seluruh belahan dunia. Badai Yasi dan banjir bandang di Australia hingga lebatnya salju yang turun di wilayah Amerika dan Eropa.
2.      Kedua, akibat permainan oknum pelaku pemasaran ditingkat distribusi. Mereka memanfaatkan kondisi buruknya cuaca dan berbagai situasi kekinian seperti kenaikan TDL, gaji, pembatasan subsidi BBM dan sejumlah isu kekinian lainnya. Para pelaku pemasaran pangan dari mulai pengumpul (tengkulak) di tingkat desa, kabupaten, provinsi, sampai pedagang besar antar pulau atau pedagang antarprovinsi mengeksploitasi situasi untuk meraih keuntungan yang sangat besar. Seorang pemerhati pertanian mengatakan jika karena cuaca dampak pada harga tidak begitu signifikan paling hanya lima sampai sepuluh persen.
3.      Ketiga, antisipasi dan manajemen pengelolaan yang baik. Sikap antisipatif hendaknya menjadi budaya kerja mulai dari elite pejabat hingga aparat di lapangan. Cuaca dan permainan oknum di tingkat pemasaran bila diantisipasi secara tepat dan cermat tidak akan berimplikasi terlalu buruk terhadap kerunyaman masalah pangan.
4.      Adanya perayaan hari – hari besar keagamaan, dll. Serta adanya permintaan produk pertanian.




















































































B.     Acara II. Biaya dan Marjin Pemasaran

Komoditas Jagung

Menurut Rahardja (2003), lembaga-lembaga dalam proses distribusi barang dari produsen ke konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat golongan antara lain:
a.                Pedagang yaitu pedagang besar dan pedagang kecil
b.               Perantara khusus yaitu agen, makelar, dan komisioner.
c.                Eksportir dan importir
d.               Lembaga-lembaga pembantu dalam proses distribusi yaitu bank, asuransi, pengepakan (packing), perusahaan pengangkutan, perusahaan periklanan dan konsultan (Anonim2, 2011).
e.         Tengkulak
1.      Identifikasi Lembaga Tataniaga yang terlibat dalm pengaliran Komoditas Jagung di Pertanian di Desa : Banjarsari.
·         Tengkulak, yaitu lembaga pemsaran yang secara langsung berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon mapun dengan kontrak pembelian.
·         Pedagang besar, yaitu melakukan proses kosentrasi (pengumpulan) komoditi dari
·         Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. (Sudiyono, 2002).
Saluran pemasaran yang ada, perbedaan biaya aktivitas-aktivitas pemasaran yang dilakukan para lembaga pemasaran maupun tingkat keuntungannya, panjang pendeknya saluran pemasaran akan mengakibatkan perbedaan besarnya marjin tiap-tiap saluran pemasaran. Dengan demikian, baik aktivitas maupun harga akan berbeda sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dan situasi pasar yang akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran yang turut dalam pemasaran tersebut. Keadaan ini menyebabkan distribusi marjin masing-masing saluran pemasaran berbeda (Setyowati, 2004). Saluran distribusi/ pemasaran adalah rute dan status kepemilikan yang ditempuh oleh suatu produk ketika produk ini mengalir dari penyedia bahan mentah melalui produsen sampai ke konsumen akhir. Saluran ini terdiri dari semua lembaga atau pedagang perantara yang memasarkan produk atau barang/ jasa dari produsen sampai ke konsumen. Di sepanjang saluran distribusi terjadi beragam pertukaran produk, pembayaran, kepemilikan dan informasi. Saluran distribusi diperlukan karena produsen menghasilkan produk dengan memberikan kegunaan bentuk (form utility) bagi konsumen setelah sampai ke tangannya, sedangkan lembaga penyalur membentuk atau memberikan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan dari produk itu (Dillon, 2007).

2.      Fungsi Tata Niaga Yang dilakukan oleh Setiap lembaga tataniaga yang terletak pada desa: Banjarsari Kecamatan: Banjaran Kabupaten: Banyumas. :
·         Fungsi Pertukaran
Yaitu meliputi kegiatan yang menyangkut perpinahan hak milik dalam sistem pemasaran atau tataniaga. Meliputi :
a.       Fungsi Penjualan yaitu tujuannya petani menjual untuk mencari pembeli / konsumen / pelanggan suatu barang dengan motif mendapatkan keuntungan sebesar – besarnya, dalam fungsi penjualan kegiatannya yaitu:
ü  terdapat perencanaan dan pengembangan produk, petani produsen harus pandai menganalisis permintaan (pasar) komoditi yang akan diusahakaannya agar proses penjualannya lebih mudah serta petani produsen harus hati – hati dan sebelumnya menyelidiki bagaimana kekuatan permintaan pasar sehingga dapat menaksir jumlh produk dihasilkan
ü  terdapat Meciptakan Permintaan, sebagai contoh Petani menjual ketengkulak untuk memperbesar permintaan atau menimbukan keinginan tengkulak
ü  Negosiasi (Perundingan), sebagai cotoh Petani dengan tengkulak merundingkan syarat – syarat kondisi serta prosedur yang haus dilakukan oleh tengkulak dan petani sebelum menerima hasil transaksi
ü  Contactual, adanya menciptakan hubungan dengan konsumen dan hubungan tersebut harus tetap dipelihara.
ü  Contractual, biasanya dilakukan oleh pedagang besar yang menjual hasil pertanian dalam jumlah banyak.
b.      Fungsi Pembelian, tujuannya mencari produsen atau sumber penawara agar persediaan barang dapat kontinyu baik konsumen atau pedagang. Kegiatan – Kegiatan fungsi pembelian :
ü  Perencanaan dan pemilihan barang, konsumen akan mudah memesan barang jika barang – barang tersedia secara pasti pada sumber – sumber penawaran dalam jumlah, kualitas, harga sesuai dengan keinginan.
ü  Contactual (melalukan kontak), pembeli harus menari sumber penawaran atau harus aktif melakukan kontak dengan penjual.
ü  Negosiasi( perundingan), setiap terjadi proses jual beli sudah pasti ada pihak pembei dan penjual yang melakukan perundingan tentang barang – barang yang diperjual belikan.
ü  Contractual, Pembelian dalam jumlah besar biasanya dilakukan secara kontrak / perjanjian.
ü  Pengumpulan, pengumpulan produk pertanian bertujuan untuk menjamin stabilitas persediaan. Pengumpulan bisa dilakukan di daerah produsen atau di daerah konsumen.
·         Fungsi Fisik
Meliputi kegiatan yang langsung diperlakukan terhadap komoditi pertanian sehingga komoditi tersebut mengalami peningkatn kegunaan tempat dan kegunaan waktu.
a.       Fungsi Pengangkutan, yaitu memindahkan produk prtanian dari daerah produsen kedaerah konsumen. Faktor - faktor yang memperhatikan dalam mengatasi masalah pengagkutan yaitu menekan biaya transfer melaui perbaikan sarana dan prasarana transpertasi, waktu pngangkutan sesingkat mungkin, terjaminya kontimuitas pengangkutas terutama pada musim panen raya, ada usaha pencegahan dan pengurangan terhadap resiko kerusakan, hubungan antara ongkos dengan kelas jalan, alat angkut dengan jarak antara produsen ke konsumen.
b.      Fungsi penyimpanan, bertujuan untuk memperlakukan barang secara fisik untuk menjamin tersedianya barang pada waktu dan tepat sesuai dengan kebutuhan konsumen,yang harus diperhatikan dalam fungsi penyimpanan yaitu produ yang disimpan masih dalam keadaan segar, sebelum disimpan dilakukan handling, selama penyimpanan kualitas barang harus tetap dijaga.
·         Fungsi Fasilitas
a.       Fungsi Standardisasi dan Grading, standardisasi merupakan proses penentuan standar atau ukuran mutu dengan megambil dasar – dasar perincian seperti : Warna, rasa, rupa, aroma, kandungan air jagung terseut, dll. Grading merupakan proses pemakaian suatu standar dengan jalan mensortir barang menjadi beberapa golongan. Kegiatannya yaitu dengan penentuan standar, mengelompokan, meninspeksi barang, labeling
b.      Fungsi Pembiayaan, adalah mencari / mengurus dana baik cash atau kredit untuk membiayai kegiatan pemasan
c.       Fungsi Penanggungan Risiko, untuk mempelajari segala bentuk risko yang terjadi dan akan terjadi dalam proses pemasaran, dan berusaha agar risiko – risiko yang tidak bisa dihindari dapat diminimumkan. Penyebab resiko yaitu adanya perubahan kondisi pasar, risiko karena kondisi alam, risiko karena unsur manusia.
d.      Fungsi Informasi pasar, merupakan pengumpulan fakta, gejala, pendapat dalam proses tataniaga. Kegiatanya yaitu menumpulkan keterangan / data dengan cara : survei, case study, eksperimen, analisis data : produk, wilayah, pembeli/ langanan, menginformasikan kepada pihak yang membutuhkan.


3.      Diagram Saluran / rantai tataniaga Komoditas Jagung Manis Di Desa Karangsari, Kecamatan : Kembarang Kabupaten: Banyumas.

        PETANI PRODUSEN                        TENGKULAK


                                                                                             
                                      PENGECER                                   PEDAGANG BESAR



   KONSUMEN AKHIR


4.      Marjin Tataniaga Komoditas Jagung
Kenyataannya pemasaran hasil pertanian yang diproduksi pada sentra produksi yang tersebar sangat jauh dari tempat konsumen (baik itu perdagangan dalam suatu daerah, antar daerah (pulau), bahkan antar negara). Atau dengan kata lain jarang sekali (sangat sedikit) produsen berhadapan langsung (melakukan transaksi) dengan konsumen akhir. Oleh sebab itu perlu mempelajari margin pemasaran dalam tataniaga pertanian. Margin pemasaran ditinjau dari dua sisi, yaitu pandangan harga dan biaya pemasaran. Biaya pemasaran adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses transfer barang (produk) dari tangan produsen samapi ketangan konsumen akhir.
Pembiayaan pemasaran adalah pembiayaan kegiatan dan investasi modal terhadap barang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses tataniaga. Besar kecilnya biaya tataniaga hasil pertanian tergantung dari volume (besar kecilnya) lembaga-lembaga tataniaga melakukan kegiatan fungsi-fungsi tataniaga, dan jumlah fasilitas yang diperlukan dalam proses transfer barang.
Pada tataniaga Jagung lembaga pemasaran yang terlibat akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga yang memerlukan biaya, seperti:memetik jagung ( biaya pemetikan ), biaya pemilihan jagung yang dikelompokan menurut kelayakkannya (biaya pemilihan), pengagungkatan, pengepakan (kemasan), dan lain-lain. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam pemasaran suatu produk (atau dapat disebut semakin panjang saluran tataniaga), akan dapat diperkirakan akan semakin tinggi biaya pemasaran komoditi tersebut, karena semua lembaga tataniaga yang terlibat tersebut akan mengambil balas jasa berupa keuntungan (profit) dari kegiatan tataniaga yang dilakukan, dan biaya ini akan dibebankan kepada konsumen akhir. Meningkatnya biaya tataniaga tidak menjadi indikator bahwa pemasaran suatu komoditi tidak efisien. Jika peningkatan biaya tataniaga yang diikuti oleh peningkatan kepuasan konsumen (misal peningkatan kualitas barang), maka tataniaga komoditi tersebut tetap dikatan efisien. Tetapi peningkatan biaya tataniaga yang tidak diikuti oleh peningkatan kepuasan konsumen, maka pemasaran komoditi tersebut dapat dikatakan tidak efisien.
§  BTn : Biaya Tataniaga persatuan Barang =
TENGKULAK
1.      Biaya Pemetikan: tengkulak bernama pak Gino membutuhkan pemetik tanaman jagung  pada tanah seluas 100 bau 10 orang tenaga kerja Rp. 50.000 / orang. Rata – Rata perkg per orang kata pak Gino bila dikira – kira : Rp. 25/kg dikali 10 tenaga kerja = Rp. 300/kg dalam 10 orang
2.      Sortasi dan grading: 2 tenaga kerja = Rp. 15.000 bila dijadikan dalm perhitungan kg maka : Rp. 150/orang dikalikan 2 = Rp. 350/kg
3.      Biaya pengangkutan  (transportation cost) : karena tengkulak mempunyai kendaraan pribadi tengkulak hanya mengeluarkan pengeluar 3 liter solar per pengangkutan : 1 liter solar Rp. 4500 kira – kira dalam perkg menghabiskan 4500/kg bila dihitung per kg 690/kg
PEDAGANG BESAR (PASAR WAGE )
1.    Biaya Pengangkutan :kurang lebih kata pedagang besar Rp. 50/kg dan mengunakan 2 tenaga kerja Rp. 200/kg
2.    Biaya pengemasan  : kurang lebih Rp.200/kg
3.    Biaya lain – lain ( Pajak, Kebersihan,Keamanan Pasar, Pungutan liar ) : Rp.70/kg
PENGECER
1.Biaya Pengangkutan                        : pada pengecer butuh biaya sekitar Rp.75/kg
2. Biaya lain – lain (Pajak tempat) : Rp.20/kg
Btn : Rp. 1885/kg
§  Hp: Harga pada petani produsen per satuan barang
a.       Pada Petani 1 bernama Pak Andi Desa, Karang Sari menjual jagung Manisnya kurang lebih harganya 1900/kg kepada tengkulak
b.      Pada petani  II kami mewawancarai Pak Sigit di Desa Karang Sari menjual jagung Manisnya kurang lebih 2100 /kg kepada tengkulak
c.       Pada petani III kami menanyakan pak Warianto di Desa Karang Sari harga penjualan komoditas jagung ke Tengkulak berkisar 2000/kg
d.      Pada petani IV kami menanyakan kepada ibu Sri di Desa Karang Sari harga pejualan jagung ke Tengkulak berkisar 2000/kg
e.       Pada petani IV kami menanyakan kepada bapak Daryono  di Desa Karang Sari harga penjualan jagung ke Tengkulak berkisar 2000/kg
Petani I + Petani II + Petani III + Petani IV + Petani V
Jadi, Rata – rata Hp =      
                                                                                    5

                                    1900 + 2100 + 2000 + 2000 + 2000
                                 = 
                                                                     5

Hp                 =             Rp. 2000/kg

§  He = harga enceran persatuan barang
Rata – rata pengecer menjual ke konsumen berkisar Rp. 4000/kg
He = Rp. 4000/kg
Jadi Marjin Komoditas Jagung Tersebut adalah :
M                     = He – Hp
M                     = 4000 – 2000
M                     = 2000
M                     = Btn + ?
2000                = 1885 + ?
?                      = 2000 – 1885
?                      = Rp. 115/kg
Besarnya keuntungan yang diambil oleh lembaga tataniaga per satuan barang : Rp. 115/kg.
Jadi, Untuk menganalisis bagaimana meningkatkan harga ditingkat Petani agar lebih tinggi dilakuan dengan cara :
1.      Menaikan He, sementara BTn dan ? tetap
2.      Menurunkan BTn, dan ? seetara He tetap
3.      Menurnkan ?, sementara He dan BTn tetap
4.      Menuunkan BTn,sementara He dan ? tetap
 5. Menghitung Persentase bagian harga yang diterima Petani Produsen Jagung
Lp = Bagian (%) harga yang diterima petani dari harga yang dibayar ke konsumen akhir.
              M                                  2000
Lp =                      x 100 %  =                       x 100% = 50 %
       He                                    4000


C.     Acara III. Efisiensi Harga

PASAR LOKAL
Harga jagung Manis perkg
Dari tanggal 7 – 17 Desember 2011

Nama Komoditas /Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jagung

4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000
4000

PASAR INDUK
Harga jagung Manis perkg
Dari tanggal  7 – 17 Desember 2011
Nama Komoditas/ Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jagung
3900
3900
3900
3900
3900
3900
3900
3900
3900
3900

Pengujian Transmisi Harga dengan Regresi Sederhana :
P1 = bo + b1P2
Keterangan :
P1 = Harga pasar lokal
P2= harga pasar induk
bo dan b1 = koefisien regresi
Transmisi harga jagung
Rata – rata harga di Pasar Lokal : Rp. 4000/kg dan rata – rata harga jagung di pasar induk Rp. 3900/kg.
Pasar Lokal :
(4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000) + (4000 – 4000)
                                                            10
= 0
Pasar Induk :
(3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900) + (3900 – 3900)
                                                            10
Interpretasi :
Bedasarkan data yang kita dapat dari lembaga dinas perdagangan, harga komoditas jagung untuk bulan desember 2011 harga stabil dikisaran Rp. 4000/kg (pasar lokal )
Bedasarkan data dari narasumber rata – rata harga komoditas jagung untuk bulan desember selama 10 hari seharga Rp.3900/kg (pasar induk)
Dalam perhitungan Transmisi harga kelompok kami menggunakan b1 = 0, dikarenakan tidak terjadinya Trasmisi harga antara pasar induk dan pasar lokal atau dapat dikatakan tidak ada integrasi pasar.
Simpulan : pada perhitungan Transmisi harga kelompok kami tidak terjadinya Transimisi harga antara pasar induk dan pasar lokal, contoh : bila ada kenaikan di pasar induk, tidak berpengaruh kepada pasar lokal.
Karena antara pasar induk dan  pasar wage tidak ada keterkaitan contohnya pengiriman jagung di pasar wage tidak dari pasar induk di jakarta. Brarti kooefisien regresi tersebut negatif.




BAB IV
SIMPULAN

1.      Harga pada komoditas cabai, beras dan jagung tanaman pangan identifikasi harga pada tahun 2005 di tangerang selatan tidak stabil karena adanya hari – hari besar keagamaan, dll serta adanya pengaruh sifat hasil pertanian yang musiman atau bahkan tahunan, permintaan produk pertanian sepanjang tahun, adanya perubahan cuaca dan iklim, dan juga stabilitas ekonomi daerah terganggu sehingga menyebabkan harga menjadi fluktuasi, bila kacang pajang di daerah tangerang selatan  tahun 2005 masih stabil.
2.      Biaya tataniaga tata niaga yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga pada komoditas jagung Tengkulak :Rp. 1340/kg, Pedagang Besar : Rp. 470/kg, Pengecer : 95/kg total Biaya tata niaga yaitu Rp. 1885/kg.  Marjin tataniaga pada komoditas jagung yaitu Rp.2000/kg . Adanya harga pengecer : Rp. 4000/kg. Harga produsen : Rp. 2000/kg. Sehingga Marjin pemasarnnya 2000.
3.      Dalam praktikum kami pasar efesiensi harga harga lokal terhadap pasar induk tidak adanya integrasi tersebut. Karena tidak mempengaruhi harga kedua tersebut. Karena pengiriman harga jagung pasar lokal pasar wage tidak dari pasar induk.